“Pendekatan Kontingensi”
Pendekatan Kontingensi
I. Definisi Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisi situasional. Salah seorang penulis manajemen kontingensi yang bernama Fred Luthans menyatakan, “pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen, tidak salah atau keliru, tetapi dewasa ini mereka tidak terlampau cocok. Terobosan baru terhadap teori dan praktik manajemen dapat kita temukan pada pendekatan kontingensi.”
Apabila dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalah merupakan suatu upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana yang paling cocok dan tepat dalam situasi-situasi tertentu.
Maka menurut pendekatan kontingensi situai-situasi yang berbeda mengharuskan adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.
II. Parameter Pendekatan Kontingensi
Pada bagian ujung dari spectrum (parameter pendekatan kontingensi) teori X dan teori Y hanya memanfaatkan dua macam faktor :
a. Pekerjaan
b. Sifat manusia sebagai parameter organisasi
Raymond A. Katzell dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Contrasting System Work Organization”, mengemukakan adanya lima macam parameter situasional :
a. Besar kecilnya organisasi yang bersangkutan
b. Tingkat interaksi dan interpendansi para anggota organisasi
c. Kepribadian para anggota organisasi
d. Tingkat kongruensi atau disparitas antara tujuan organisasi dan tujuan para karyawan organisasi yang bersangkutan
e. Siapa saja dalam organisasi yang bersangkutan memiliki kemampuan dan motivasi yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan-tindakan guna mencapai sasaran organisasi tersebut.
III. Ciri-ciri Pendekatan Kontingensi
Beberapa ilmuan manajemen tertarik pada pemikiran kontingensi, hal itu karena merupakan sebuah kompromis yang dapat dimanfaatkan antara pendekatan sistematik dan apa yang dapat dinamakan perspektif situasional murni.
Pendekatan sistematik kerapkali dikritik orang karena pendekatan tersebut bersifat terlampau umum atau abstrak walaupun pandangan situasional murni yang mengasumsi bahwa setiap situasi kehidupan nyata memerlukan suatu pendekatan yang sangat berbeda telah dinyatakan orang sebagai hal yang terlampau spesifik.
IV. Ada tiga macam pendekatan kontingensi :
1) Model kepemimpinan kontingnsi dari Friedler
2) Model tida dimensi kepemimpinan dari Reddin
3) Model kontinum kepemimpinan dari Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt
Penjelasan :
1) Model kepemimpinan Friedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Friedler, ada 3 faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutya mempengaruhi keefektifan pemimpin.
Ketiga faktor itu adalah :
1. Hubungan antara pemimpin dan bawahan
2. Struktur tugas
3. Kekuatan posisi
Penjelasan :
1.1 Menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemampuan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
2.1 Menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
3.1 Menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing.
2) Model tiga dimensi ini menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan yaitu :
a. Gaya Dasar
b. Gaya Efektif Dalam satu kesatuan
c. Gaya Tidak efektif
Kelompok Gaya Dasar
a. Separated (pemisah)
b. Dedicated (pengabdi)
c. Related (penghubung)
d. Lufegrated (terpadu)
Kelompok Gaya Efektif
a. Bureaucrat (birokrat)
b. Benevolent autocrat (otokrat bijaksana)
c. Developer (pengembang)
d. Execlutive (eksekutif)
Kelompok Gaya Tidak efektif
a. Deserter (pelan)
b. Autocrat (otokrat)
c. Missionary (penganjur)
d. Compromiser (kompromis)
3) Kontinum (Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt)
Kedua ahli ini menggambarkan gagasannya bahwa ada dua bidang pengaruh yang ektrem :
1. Bidang pengaruh pimpinan
2. Bidang pengaruh kebebasan bawahan
1.1 ) Pemimpin menggunakan otoritas dalam gaya kepemimpinannya
2.1 ) Pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis.
V. Pelajaran yang Dapat Diambil dari Pendekatan Kontingensi
Walaupun belum dikembangkan secara sempurna, pendekatan kontingensi merupakan suatu tambahan yang amat bermanfaat bagi pemikiran manajemen karena ditekankan oleh hal-hal yang bersifat situasional.
Manusia, organisasi, dan problem bersifat terlampau kompleks untuk membenarkan pemikiran yang hanya dititikberatkan pada prinsip-prinsip universal manajemen.
Begitu pula dapat kita katakan bahwa pemikiran kontingensi merupakan suatu perluasan praktis dari pendekatan sistematik. Dengan mengasumsi bahwa pemikiran sistematik merupakan suatu kekuatan sistesis yang mempersatukan dalam pemikiran manajemen, pendekatan kontingensi menjanjikan suatu pengarahan ke arah praktikal.
Daftar Pustaka :
Mukhyi, Muhammad Abdul., Imam Hadi Saputro (1995). Pengantar Manajemen Umum (Untuk STIE). Jakarta: Universitas Gunadarma.
Sutarto,Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986, h.113-117.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar