Different Types Of Peace Symbol

Kamis, 01 Agustus 2013

Adik Kecilku Adalah Anugerah Terindahku


Adik Kecilku Adalah Anugerah Terindahku
Kisah inspiratif untuk menjadi kakak yang baik
Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita untuk belajar lebih bersyukur lagi dan lebih menyayangi sosok adik yang kita miliki....


Tahun demi tahun berlalu, dan aku terus melewati hari-hari bersama adik kecilku yang lucu. Semakin bertambahnya rasa sayangku kepadanya, semakin sering pula aku merawatnya. Bahkan untuk mengurusnya, mungkin bisa dibilang lebih sering aku dibandingkan dengan ibuku. Kebahagiaanku tidak berhenti cukup sampai disitu. Kini adik kecilku semakin lancar untuk merangkak. Pernah suatu hari di benakku terlintas untuk berbuat iseng kepadanya, bola yang jadi permainan dia setiap hari dan yang selalu dilempar-lemparkannya setiap hari itu dengan sengaja aku rebut dari tangannya. Dengan suara lantang dan keras layaknya seorang rocker, dia menangis sekencang-kencangnya. Sontak aku kaget dan langsung menjatuhkan bola tersebut, tiba-tiba dia merangkak cepat dan datang ke arahku untuk mengambil bola kesayangannya itu. Dalam hati aku tertawa senang karena sudah melihat adik kecilku itu menangis dan merangkak di depanku. Entah lututnya lecet atau tidak itu bukan urusanku.
            Sungguh bahagianya aku memiliki seorang adik seperti dia. Badannya yang putih dan sedikit gemuk itu mengingatkan aku pada seekor hewan yaitu sapi. Karena begitu gemesnya aku dengannya, setiap dia ada di dekatku, aku selalu mencubiti pipinya yang cabi itu. Kalau tidak sampai nangis aku tidak akan melepaskan cubitanku di pipinya itu. Kepalanya yang botak dengan rambut sedikit mengingatkan aku pada sebuah makanan tradisional khas jawa yaitu apem. Sosok adikku memanglah sosok adik kecil yang bantet tapi selalu membuat kangen orang-orang di sekitarnya.
            Alif, itulah nama adik kecilku. Setiap malam yang selalu dia lewatkan bersamaku, seakan membuat dia semakin ingin terus dan terus berada di dekatku. Ketika aku sedang asyik melihat televisi, dia selalu menggangguku. Ketika aku sedang asyik tiduran, dia juga selalu menggangguku. Ketika aku makan diapun juga selalu merebut makanan dariku. Sedikit kesal dengan tingkah lakunya, tapi walaupun seperti itu adanya dia tetap adik kecilku yang lucu.
            Waktu telah lama berlalu dan kini adik kecilku sudah semakin dewasa. Kini dia sudah bida berjalan dengan lancar. Kini dia sudah bisa berbicara walaupun terkadang setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya itu susah untuk dimengerti. Semakin dia bisa berjalan dengan lancar, semakin bertambah pula kenakalan-kenakalan yang dia lakukan di rumah. Karena begitu nakalnya dia di rumah sampai-sampai semua orang di rumahku selalu dibuat mengeluh karena ulahnya. Tetapi terkadang dia juga bisa anteng berdiam diri walaupun hanya pada saat dia tidur saja. Gemuk, lucu, nakal, ngangenin, semua ada pada diri adik kecilku itu.
            Setiap hari adik kecilku itu selalu mengganggu ibuku yang sedang repot mengerjakan pekerjaan rumahnya. Krena terlalu seringnya adikku menggangu, terkadang ibu memarahinya sampai dia menangis dengan wajah yang lucu dan mata agak disipit-sipitkan. Memang adik kecilku itu sangat nakal di rumah. Tapi senakal apapun dia di rumah, dia adalah anak yang pemalu. Jika bertemu dengan orang yang belum begitu familiar dengannya, dia selalu mengumpat di belakang pantat ibu. Kadang ia juga selalu minta gendong ibu. Mungkin karena usianya yang masih terlalu kecil dia jadi pemalu. Tapi kelak jika dia sudah menjadi dewasa, aku ingin sosok adik kecilku ini menjadi sosok orang yang kuat dan tangguh dalam menjalani kehidupan yang keras seperti sekarang ini. “Aku ingin sosok adik kecilku ini kelak menggantikan posisi kepresidenan di negara kita tercinta ini. Hahahaha”, tegasku dalam hati. Karena begitu bangga dan senangnya aku akan kehdirannya itu, aku selalu ingin menyenangkan dia di setiap hari-hari yang dia lalui bersamaku. Aku selalu membelikan dia jajanan-jajanan sekolah. Aku selalu bermain dengan dia. Dan aku selalu mengalah dalam hal apapun dengan dia.
            Hal yang paling aku senangi adalah ketika ada saudara-saudaraku berkunjung ke rumah. Yang ada di benak mereka adalah melihat tingkah laku adik kecilku yang menggemaskan itu. Kakak sepupuku Ari dan Dian, jika berkunjung ke rumah yang pertama kali ditanyakan adalah si gendut Alif, itulah panggilan akrab mereka untuk adik kecilku. Kakak sepupuku yang bernama Dian yang paling sering bermain dengan adikku Alif. Jika sudah bermain dengannya, mereka seakan lupa waktu. Lari sana-sini, lempar-lempar sana-sini, teriak-teriak, seakan rumah ini menjadi sarang teroris yang sedang diserbu oleh densus 88. Tapi walaupun begitu rasanya menyenangkan. Karena adanya sosok adik kecilku Alif inilah suasana di rumah jadi tidak sepi dan sunyi seperti kuburan. Dia selalu membawa kebahagiaan di rumah. Tetapi terkadang dia juga bisa menyebalkan. Apalagi ketika dia bertingkah nakal, rasanya ingin mencubitinya dan memoles-moles kepalanya yang botak itu. Tapi itulah anak kecil. Dunia mereka hanyalah bermain dan bermain. Terkadang kurangnya wawasan dari para orang tua sungguh ironis. Ketika anak-anak balita mereka bertingkah nakal, mereka selalu mencubiti dan memukulinya. Padahal hal seperti itu tidak boleh dilakukan pada anak-anak seumuran mereka. Bisa-bisa para orang tualah yang akan mendapatkan sangsi dari komisi perlindungan anak.
            Anak-anak memang nakal karena itulah mereka disebut anak-anak. Kalau bukan anak-anak tidak akan dibilang nakal. Tapi justru kenakalan-kenakalan anak-anak seperti itulah yang bisa membuat para orang-orang dewasa bahagia. Karena kenakalan anak kecil sangatlah lucu dan menggemaskan. Seperti halnya adik kecilku ini, kenakalan-kenakalan yang dia buat selalu bisa membuat hati bahagia dan rasanya betah dan ingin selalu berada di rumah. Kalau tidak ketemu dia sehari rasanya kangen setengah mati.

            Sayang usiaku masih terlalu dini untuk memiliki seorang adik. Dikarenakan aku masih duduk di bangku SMP, aku masih dalam pantauan ayah ibu. Aku masih belum bisa bebas untuk kemana-kemana, tidak seperti kakak-kakak sepupuku yang sudah duduk di bangku perkuliahan. Padahal aku ingin memanjakan adik kecilku. Aku ingin mengajaknya bermain sana-sini. Aku ingin selalu mengajaknya jalan-jalan ke tempat-tempat permainan anak-anak. Tapi sayang aku selalu tidak diizinkan ayah ibuku untuk pergi terlalu jauh dikarenakan usiaku yang masih terbilang terlalu dini untuk merawat seorang adik kecil seperti dia. Yang bisa aku lakukan hanyalah menyenangkan adik kecilku di rumah. Yag hanya bisa aku lakukan adalah membuatnya bahagia dengan keberadaanku di rumah. Yang hanya bisa aku lakukan hanyalah merawatnya di rumah. Untuk sekarang ini hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membahagiakan adik kecilku yang lucu itu. Tapi kelak nanti jika aku sudah dewasa, aku ingin membahagiakan dia dengan cara yang berbeda. Yang pasti adikku akan selalu aku manjakan agar dia selalu merasa bahagia memiliki seorang kakak seperti diriku. Itulah tugas seoramg kakak seperti diriku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar