Different Types Of Peace Symbol

Minggu, 05 Januari 2014

Berhenti Mencintai

Malam ini, hari ke delapan belas di bulan Juni. Genap satu tahun aku tak bersamanya. Rindu ?? jangan ditanya. Rindu ini sudah menggunung. Ku pandangi bingkai foto di dinding kamarku. Yaaa… satu tahun ini aku hanya bisa memandangi foto itu. Apa kabar dia yang disana ? orang yang aku sayang. Malam ini adalah malam kesekian kalinya aku tanpa dirinya. Tapi aku tak sendiri, aku selalu ditemani malam. Dan malam ini langit telah menyatu dengan kelam. Mengundang semilir angin yang menerbangkan dia dipikiranku. Slide – slide kenangan tentangnya pun kini membawaku ke masa itu, masa dimana masih ada aku dan dia.

3 tahun yang lalu...

”Tata, keluar sekarang.” satu pesan singkat masuk di inbox hapeku.
”Yophie.” gumamku. Apa yang sedang dia pikirkan sebenarnya. Malam ini hujan. Dia tahu benar aku sangat membenci hujan. Mau tak mau pun akhirnya aku beranjak dari tempat tidurku. Ku lihat dari jendela kamarku. Disana, di berdiri, berputar-putar dengan payung kuningnya.
”Ngapain sih ujan-ujan gini nyuruh keluar segala?!” teriakku.
”Aku Cuma pengen ngelakuin pengakuan.” Jawabnya ringan sambil tersenyum.
”Pengakuan apa? Kenapa mesti ujan-ujan gini?”
”Karena hujan akan menjadi saksi, hujan adalah sebuah siklus yang gak akan pernah berhenti, akan selalu ada dan menjadi saksi abadi.” Dia diam beberapa saat. Melepaskan payung dari genggamannya.
”Tata, aku sayang kamu!” teriaknya lantang bersaing dengan suara hujan. Aku nyaris tak percaya melihat kekonyolan ini. Tapi melihat matanya, aku tahu dia bersungguh-sungguh. Untuk kali ini aku mengalah pada butiran-butiran air yang turun dari langit. Aku berlari, menerobos hujan, memeluknya dan membisikkan kalimat singkat.
”Aku juga sayang kamu.”
”Coba sekarang lihat diteras rumahmu.” Aku menoleh kebelakang. Kulihat ada bungkusan besar disana. Ku berjalan perlahan mendekati kantong hitam itu. Dengan lincah jari-jariku membuka, dan ternyata boneka kelinci.
”Boneka yang akan menemani malam-malam kamu berikutnya sayang.”
”Tapi ultahku kan masih besok.” Tanyaku masih belum percaya dengan kejutan demi kejutan darinya.
”Aku Cuma pengen jadi yang pertama kasih suprise buat kamu.” Tawanya merekah. Ku peluk tubuhnya sekali lagi. Dia adalah hadiah terindah dari Tuhan yang diberikan untukku. Tak ada yang lebih indah selain dia yang mulai malam ini menjadi malaikatku.
                Hari-hariku kini menjadi lebih berwarna, tak ada lagi mendung memayungi hidupku. Karena sekarang sudah ada Yophie disisiku. Hmmm... ”Ay” begitulah aku memanggilnya.
”Ay, kenapa sih dulu milih aku buat jadi pacar kamu ?” tanyaku di suatu sore.
”Kenapa emangnya Bun? Kok tiba-tiba nanya gitu?” dia menatapku heran.
”Gak apa-apa sih, Cuma pengen tau aja.” rajukku manja.
”Hmmm, gini ya bunbunku, aku milih kamu jadi pacar karena aku yakin kalau kamu itu yang terbaik buat aku. Dan kelak aku yakin kalau kamu bakalan jadi pendampingku, jadi istri sekaligus ibu yang baik buat anak-anakku.”
”Udah gitu aja? Kok jawabnya bukan karena ay cinta banget sama aku sih.” aku masih kurang puas dengan jawaban dia.
”Bun, cinta itu bisa tumbuh dengan cepat, namun bisa padam secepat dia menyala. Tapi, aku sayang sama bunda dan buat aku tingkatan sayang itu sudah lebih diatas cinta.”
”Uhmm.. ay so sweet banget..”
“Lagian bun, pacaran udah hamper 3 tahun masih aja Tanya seperti itu.” Tanganku menyusup ke dalam pelukannya.
”Ntar kalau nikah, akadnya di Masjid Agung ya ay.”
”Terserah maunya dimana, pasti aku turutin.” aku tersenyum mendengar ucapannya. Lelaki yang teramat aku sayang.
...
Aku tersenyum perih mengingat kembali semua kenangan manis itu. Betapa sebenarnya aku masih menyayangi Yophie. Andaikan perempuan itu tidak hadir diantara kami, aku tidak akan merasa sakit seperti ini. Hati ini masih belum bisa menerima kenyataan. Hubungan yang kami bina, mimpi-mimpi yang kami bangun hancur seketika saat aku menemukannya bersama perempuan yang tidak lain adalah MaBa di kampusnya. Masih teringat jelas saat hubungan kami berakhir, hujan di bulan Juni.
”Jadi bener Ineke itu selingkuhan kamu?” aku terisak waktu mengetahui orang yang paling aku sayang, orang yang aku banggakan selama ini mengkhianatiku.
”Maafin aku bun, aku gak bisa bohong sama perasaanku kalau aku juga sayang Ineke. Aku tau aku salah bun, aku udah khianatin kamu.”
”Jelas kamu salah. Aku... aku... ” kata-kataku terhenti, aku tidak kuat lagi menahan tangis. Yophie memelukku sambil terus meminta maaf.
”Sudahlah. Gak ada seorang pun yang mau di duakan seperti itu. Sekarang aku kasih pilihan, kamu pilih aku atau dia.” Yophie diam membisu. Nampak sekali kebimbangan di matanya.
”Jawab ay??!! Aku atau Dia !!”
”Bun, kamu adalah orang yang selalu ngisi hari-hariku selama 3 tahun ini. Aku tahu sayang kamu tulus buat aku. Aku sayang sama kamu bun. Tapi, hubungan kita saat ini berada di titik jenuh. Aku bosan. Maafin aku bun, aku pilih Inneke.”
”Jadi, kamu bosan dengan hubungan kita? Aku terima keputusan kamu. Tapi aku mohon, jangan rindukan aku setelah ini. Jangan pernah menyesali keputusan yang udah kamu buat. Suatu saat bosanmu yang akan merubah kamu, merubah segalanya. Nikmati bosanmu setelah aku benar-benar pergi dan jangan pernah cari aku lagi.” Aku pergi meninggalkannya dengan hati hancur. Aku memang masih menyayanginya, tapi aku sadar, bukan aku yang dia inginkan, melainkan perempuan itu. Perempuan yang sudah merebut hatinya dan menggantikan posisiku sekarang.
...
Tepat pukul 00:00 WIB mataku masih terjaga. Langit kelam kini telah berganti hujan. Aku menghela nafas dalam-dalam, mencoba menikmati hujan yang selama ini aku benci. Dan hujan malam ini akan menjadi saksi kepergianku dari masa lalu.
Hujan, apa kabar kamu? Malam ini kamu datang lagi. Mengingatkanku pada semuanya. Mengingatkanku tentang dia. Dia yang sangat aku sayang. Kamu saksi kisahku dengan dia. Kamu saksi dimana dia menyatakan kasih sayang padaku. Dan juga, kamu saksi dimana dia meninggalkanku untuk seseorang yang dicintainya. Hujan, aku sangat membencimu. Dari dulu hingga sekarang. Karna kamu selalu mengingatkanku pada dia. Dia yang masih aku sayang. Dia yang aku tunggu. Aku jadi mengerti bagaimana rasanya menunggu. Sebenarnya aku masih ingin mencintai. Tapi hari ini, tepatnya malam ini aku putuskan untuk berhenti mencintainya. Dan kamu, selamat berbahagia dengan dia. Aku pun akan menjemput kebahagiaanku sendiri. Terima kasih untuk kisah ini.

By : Ita Solina

1 komentar:

  1. The best online casino games for your enjoyment: safe, secure and
    How to Play the Best Casino Online — Best Online Casino Sites for Beginners · How to Start a Casino · How to Start a Casino Account · How to Start a 온라인 카지노 사이트 벳무브 Casino · Why do I

    BalasHapus